Main menu

Analisis Dugaan Benda Jatuh di Karanganyar 2010

Sebuah rumah di Karanganyar, Jawa Tengah, diduga kejatuhan meteorit pada Senin dini hari, 4 Oktober 2010 pukul 00:45. Berita Radar Solo (hasil scan Pak AR Sugen Riyadi), TV, dan media 0n-line menunjukkan indikasi mirip kejadian Meteorit Duren Sawit, dengan skala lebih kecil. Benarkah? LAPAN mengkaji di lokasi kejadian pada Rabu malam, 6 Oktober 2010.

Menurut berita media massa Senin, 4 Oktober 2010, benda diduga batu meteor jatuh di atap rumah Suryono (56), warga Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada Senin dinihari sekitar pukul 00.45 WIB dan mengejutkan warga setempat. Benda yang jatuh dan menimbulkan ledakan itu menyebabkan atap rumah, dapur, dan ruang makan Suryono rusak. Dari atap rumah Suryono diketemukan batu seukuran telur dan diduga batu meteor.

Dalam menganalisis kemungkinan jatuhnya meteorit, LAPAN menggunakan 3 analisis utama: kemungkinan sebab lokal, kesaksian ada benda jatuh, dan struktur kerusakan/dampak.

Berdasarkan kesaksian penghuni rumah, tidak ada seorang pun penghuni rumah atau tetangga yang melihat adanya benda jatuh berupa bola api atau indikasi lain yang mengarah pada jatuhnya meteorit. Adanya batu di talang atap rumah tidak menjadi alat bukti yang kuat karena struktur kerusakan tidak menunjukkan adanya lubang yang ditimbulkan oleh jatuhnya batu tersebut. Atap yang rusak (genteng kaca di dua lokasi serta atap asbes dan plastik) tidak menunjukkan struktur kerusakan akibat benda jatuh. Tidak ada pecahan genteng atau asbes di lantai. Justru yang terlihat genteng serta atap asbes dan plastik terlontar ke luar.

Mungkinkah sebab lokal? Analisis kerusakan menunjukkan titik paling parah ada di sekitar kulkas. Kain penutup kulkas terbakar, jendela terlepas dari engselnya, dan pintu terkunci jebol. Genteng kaca dan atap yang terlontar adalah titik paling lemah di bagian ruangan tersebut. Adanya tekanan udara panas yang kuat menjadi penyebab semuanya. Pohon di samping jendela juga terpapar panas hingga daunnya mengering. Benda-benda plastik meleleh. Kecoa dan cicak pun terkapar mati. Kompor, piring, dan beberapa parabot dapur terasa panas.

Apa penyebab tekanan udara panas tersebut? Alasan paling masuk akal adalah kebocoran gas dari regulator tabung gas 12 kg atau dari kompor gas. Gas memenuhi ruangan dapur dan ruangan makan. Adanya ventilasi di atap dan di dinding tidak berguna untuk kebocoran gas, karena gas elpiji yang lebih berat dari udara tertumpuk di bawah. Pemicu ledakan tampaknya dari percikan listrik dari stop kontak kulkas saat sistem termostat kulkas mulai menyala.  Percikan api yang kecil cukup membakar gas dalam waktu sekejap. Gas terbakar tiba-tiba menyebabkan udara memuai sangat cepat, ibarat meriam bambu. Tekanannnya sangat besar. Jendela dan pintu terlontar. Di bagian lain ruangan, titik terlemah ada di genteng kaca serta atap asbes dan plastik. Akibatnya genteng dan atap terlontar keluar. Udara panas melelehkan barang-barang plastik. Di titik awal percikan api di samping kiri kulkas ada kain penutup kulkas, maka terbakarlah kain itu.

Apakah mekanisme serupa yang menyebabkan ledakan besar di Duren Sawit? Saat itu saya tidak mendapatkan indikasi sebab lokal seperti itu. Puslabfor Polri pun menyatakan tidak ada ledakan gas. Adanya kesaksian warga yang melihat bola api jatuh dari arah Barat Daya beberapa saat sebelum ledakan dan analisis struktur kerusakannya menjadi dasar untuk menyimpulkan adanya meteorit jatuh di Duren Sawit. Tetapi, kesimpulan itu secara ilmiah belum final, masih terus saya kaji.

Secara teoritik tidak mungkin meteorit kecil menimbulkan paparan panas yang sangat tinggi. Hanya meteorit besar yang punya dampak seperti itu. Namun, di alam anomali mungkin saja terjadi. Ada beberapa kesaksian meteorit jatuh masih dalam keadaan sangat panas. Ada juga beberapa kesaksian munculnya api yang menyertai kesaksian jatuhnya bola api (fireball), walau diragukan para pakar meteorit. Kajian ilmiah tidak pernah memutlakkan suatu kesimpulan. Kalau ada data dan fakta baru, kesimpulan ilmiah bisa saja berubah.